Laporan Praktikum
|
Hari/Tanggal
|
:Sabtu / 15 Oktober2011
|
Mikrobiologi
|
Waktu
|
: 11.00 WIB
|
|
Asisten
|
:
1.HarryNoviardi,M.Si
2. M. Arif, S.Si
|
|
PJP
|
: Rina Martini, M.Si
|
UJI AKTIVITAS
BAHAN ANTI MIKROBA
Novalia
Lorenta (J3L110055)
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011/2012
Pendahuluan
Zat antimikroba adalah senyawa yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba
dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu
senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah
senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada
jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas disinfektan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
§ Konsentrasi
§ Waktu terpapar
§ Jenis mikroba
§ Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup
Pada awalnya
antibiotika diisolasi dari mikroorganisme, tetapi sekarang beberapa antibiotika
telah didapatkan dari tanaman tinggi atau binatang (Soekardjo, 1995). Suatu zat
antibiotik kemoterapeutik yang idealnya hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme
patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi
makin baik. Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resiten parasit.
Sehingga memungkinkan mikroba yang biasanya nonpatogenik atau bentuk-bentuk
patogenik yang semuladikendalikan oleh flora normal, untuk menimbulkan infeksi baru
(Pelczar 1988).
Antibiotika pertama kali ditemukan
oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yangsecara kebetulan menemukan suatu
zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali
dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939 oleh Chain dan Florey. antbiotik ialah
suatu bahan kiia yang dikeluarkan oleh jasadrenik/hasil sintetis semi-sintetis
yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapatmerintangi/memusnahkan jasad
renik lainnya (Widjajanti, 1996). Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies
bakteri, baik kokus, basil maupun spiril,dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebaliknya, suatu antibotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut
antibiotik yang spektrumnya sempit. Penisilin hanya efektif untuk memberantas
terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum
yang sempit. Tetrasiclin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu.
Oleh karena itutetrasiclin dikatakan mempunyai spectrum luas (Dwidjoseputro,
2003). Burahol (Stelechocarpus burahol) termasuk keluarga Annonaceae.
Kebanyakan suku ini mengandung senyawa sitotoksik, antimikroba, dan juga
sebagai insektisidz (Kusmiyati 2005). Jenis bahan kimia pembersih dan sanitiser
yang digunakan dalam industri pangan harussesuai persyaratan yang ditetapkan.
Bahan kimia harus mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri (antimikroba).
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929,
yangsecara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu
penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939
oleh Chain dan Florey. Sebagianbesar dari antibiotika rumus kimianya telah
diketahui dan beberapa di antaranya dapat dibuatsecara sintesis.
Definisi dari senyawa antimikroba
adalah senyawa kimia yang dapat menghambatpertumbuhan atau membunuh mikroba.
Antimikroba dapat dikelompokkan menjadi antiseptikdan desinfektan. Antiseptik
adalah pembunuh mikroba dengan daya rendah dan biasa digunakanpada kulit,
misalnya alkohol dan deterjen. Desinfektan adalah senyawa kimia yang
dapatmembunuh mikroba dan biasa digunakan untuk membersihkan meja, lantai, dan
peralatan.Contoh desinfektan yang digunakan adalah senyawa klorin, hipoklorit,
dan tembaga sulfat.
Bahan kimia yang umum digunakan
sebagai pembersih atau sanitiser dalam industrypangan biasanya mengandung
klorin sebagai bahan aktifnya. Bahan kimia yang dapat digunakanuntuk menghambat
pertumbuhan mikroba disebut bahan pengawet (preservatif) (Afrianto, 2008).Asam
benzoat adalah zat pengawet yang sering dipergunakan dalam saos dan sambal.
Asambenzoat disebut juga senyawa antimikroba karena tujuan penggunaan zat
pengawet ini dalamkedua makanan tersebut untuk mencegah pertumbuhan khamir dan
bakteri terutama untuk makanan yang telah dibuka dari kemasannya (Lutfi, 2004).
Tujuan
Praktikum
bertujuan mengetahui kemampuan bahan uji sebagai bahan antimikroba.
Alat
dan bahan
Alat yang
digunakan sprider, pipet mikron, cawan petri, bunsen.
Bahan yang
digunakan ialah larutn fisiologis 0,85%, Antibiotik 1 (Penicilin), Antibiotik (Streptomicin),
Antiseptik 1 (Betadine),
Antiseptik 2 (Detol),
Ekstrak cengkeh,
Ekstrak kunyit,
alkohol 70%, kertas saring, dan media NA.
Prosedur
kerja
Praktikum ini dilakukan dengan
mikroba dipipet dengan pipet mikro ke
dalam cawan petri yang telah berisi media. Mikroba yang telah dipipet kemudian
disebarkan dengan spdrider hingga merata pada seluruh bagian permukaan media.
Penyebaran ini harus rata dan tidak menumpuk pada satu sisi saja. Kemudia
kertas saring dicelupkan ke dalam bahan uji dan diletakan sebentar saja di
cawan petri yang telah disebarkan mikroba. Kertas saring hanya ditempelkan saja
dan diusahakan jangan sampai melebar dari area yang ditempelkan. Selanjutnya
mikroba diinkubasi selama 2x24 jam lalu diamati diameter yang terbentuk dari
penempelan kertas saring sebelumnya. Bahan yang diujikan ialah fisiologis
0,85%, Antibiotik 1
(Penicilin), Antibiotik
(Streptomicin), Antiseptik
1 (Betadine), Antiseptik
2 (Detol),
Ekstrak cengkeh,
dan Ekstrak kunyit.
Media yang digunakan ialah nutrien agar.
Data dan hasil pengamatan
No
|
Bakteri
|
Jenis
|
Diameter (cm)
|
1
|
Sterptokokus
|
Antibiotik 1 (Penicilin)
|
1,7
|
|
|
Antibiotik
(Streptomicin)
|
0,9
|
|
|
Antiseptik 1
(Betadine)
|
1,5
|
|
|
Antiseptik 2
(Detol)
|
1,0
|
|
|
Ekstrak
cengkeh
|
1,5
|
|
|
Ekstrak kunyit
|
1,4
|
2
|
Aeromonas
|
Antibiotik 1
(Penicilin)
|
2,0
|
|
|
Antibiotik (Streptomicin)
|
5,0
|
|
|
Antiseptik 1
(Betadine)
|
2,2
|
|
|
Antiseptik 2
(Detol)
|
3,5
|
|
|
Ekstrak
cengkeh
|
-
|
|
|
Ekstrak kunyit
|
1,0
|
|
Stapilokokus
|
Antibiotik 1 (Penicilin)
|
1,1
|
|
|
Antibiotik (Streptomicin)
|
3,0
|
|
|
Antiseptik 1
(Betadine)
|
1,4
|
|
|
Antiseptik 2
(Detol)
|
1,7
|
|
|
Ekstrak
cengkeh
|
0,4
|
|
|
Ekstrak kunyit
|
0,4
|
4
|
Streptobasilus
|
Antibiotik 1
(Penicilin)
|
2,0
|
|
|
Antibiotik (Streptomicin)
|
3,0
|
|
|
Antiseptik 1 (Betadine)
|
3,0
|
|
|
Antiseptik 2
(Detol)
|
2,5
|
|
|
Ekstrak
cengkeh
|
1,5
|
|
|
Ekstrak kunyit
|
1,0
|
Gambar
1bahan uji pada bakteri streptococus
Gambar 2 larutan bahan
uji larutan fisologis Gambar 3 bahan uji pada streptococus
Pembahasan
Bahan
antimikroba dapat menghambat proses kehidupan dari mikroba. Praktikum ini
dilakukan pada bahan uji fisiologis 0,85%, Antibiotik 1 (Penicilin), Antibiotik (Streptomicin),
Antiseptik 1 (Betadine),
Antiseptik 2 (Detol),
Ekstrak cengkeh,
dan Ekstrak kunyit.
Praktikum ini dilakukan dengan menyebarkan mikroba pada kultur jaringan (media
NA) dan menempelkaan bahan uji tersebut. Penempelan bahan uji dilakukan dengan
mencelupkan kertas saring pada bahan uji. Kertas saring tersebut ditempelkan
dan diusahakan jangan sampai melebar saat pemempelan. Bakteri dibiarkan
diinkubasi selama 2x24 jam. Setelah dibiarkan mikroba tersebut yang menyebar
pada permukaan media akan berkembangbiak menjadi koloni. Namun karena adanya
bahan uji akan terbentuk permukaan yang bening dengan tidak adanya mikroba yang
tumbuh. Uji ini akan menunjukkan bahan yang diujikan mampu menghambat
pertumbuhan mikroba dari diameter yang terbentuk. Larutan fisiologis digunakan
sebagai pembanding dalam uji ini.
Gambar 5 cara memberi perlakuan
untuk uji ini
Gambar 6 pengukuran permukaan benig
pada media
Bakteri streptococus
dengan bahan uji antibiotik penicilin membentuk diameter bening 1,7cm,
streptomicin 0,9cm, betadine 1,5cm, detol 1,0cm, ekstrak cengkeh 1,5cm dan
ekstrak kunyit 1,4cm. Bahan uji yang menunjukkan aktivitas bahan antimikroba
terbesar ialah penicilin. Artinya penicilin memberikan aktivasi terbesar untuk
menghambat pertumbuhan bakteri streptococus.
Bakteri
aeromonas diuji pertumbuhannya pada bahan uji penicilin menghasilkan diameter
bening, yaitu 2cm, streptocilin 5,0cm, betadine 2,2cm, detol 3,5cm dan ekstrak
cengkeh tidak ada larutan beningnya tidak terbentuk. Antibiotik streptocilin
menghasilkan diameter bening terbesar. Bahan uji ini menunjukkan aktivasi bahan
antimikroba terbesar yang artinya dapat menghambat pertumbunhan pada bakteri
ini. Berbeda dengan ekstrak cengkeh yang tidak mampu sebagai bahan antimikroba
untuk baktri ini. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya larutan bening
yang menunjukkan bakteri tetap tumbuh.
Stapilococus
dapat diketahui penghambatan pertumbuhannya melalui bahan uji. Bahan uji
penicilin membentuk diameter bening 1,1cm, streptomicin 3,0 cm, betadine 1,4cm,
detol 1,7cm, ekstrak cengkeh 0,4cm dan ekstrak kunyit 0,4cm. Bahan uji yang
menunjukkan aktivitas terbesar ditunjukkan oleh streptomicin dengan larutan
bening yang terbesar. Semua bahan uji ini dapat digunakan sebagai bahan anti
mikroba.
Bakteri
streptobacilus diuji bahan yang dapat menghambat pertumbuhannya dengan bahan
uji. Bahan uji penicilin membentuk diameter bening 2 cm, streptomicin 3,0 cm, betadine
3 cm, detol 2,5cm, ekstrak cengkeh 1,5cm dan ekstrak kunyit 1,0cm. Bahan uji
yang memilki aktivitas terbesar ialah pada bahan uji streptomicin dan betadine
dengan ditunjukkan diameter terbesar permukaan bening.
Simpulan
Bahan
uji Antibiotik 1 (Penicilin),
Antibiotik (Streptomicin),
Antiseptik 1 (Betadine),
Antiseptik 2 (Detol),
Ekstrak cengkeh,
dan Ekstrak kunyit
dapat menghambat pertumbuhan bakteri streptococus, stapilcocus, aeromonas dan
streptobacilus. Namun pada ekstrak cengkeh tidak dapat menghambat pertumbuhan
eromonas.
Daftar
pustaka
Afrianto, Eddy. 2008, Pengawasan Mutu Bahan/Produk
Pangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dwidjoseputro, 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:Djambatan.
Kusmiyati, Evi, 2005, Potensi Burahol Sebagai Komoditi
Hasil Hutan Bukan Kayu Yang Terancam Punah, Info Hasil Hutan : Volume 11.No.1
Lutfi, Ahmad, 2004, Kimia Lingkungan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Pelczar, 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Soekardjo, Siswandono B. 1995. Kimia Medisinal.
Jakarta: Airlangga University Press.
Widjajanti, U, Nuraini. 1996. Obat-obatan.
Yogyakarta:Kanisus.
Wilson & Gisvold.
1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik.
Semarang: IKIP Semarang Press.